Suatu hari di tahun 2004 ketika itu
saya masih duduk di kelas 4 SD masjid dekat rumah saya membuka pengajian untuk
anak-anak. Saya sangat antusias untuk bisa mengaji di masjid itu karna saya
dapat informasi bahwa ustadnya adalah lulusan Pesantren. Orang tua saya
langsung mendaftarkan saya kepada ustadz tersebut. Ustadz yang bernama Drs. Nur
Hasyim Ilyas M.pdi, yang biasa disebut Pak ustadz/ Pak Hasyim/ ustadz Hasyim ini
mendidik saya sejak saat itu hingga sekarang. Akhirnya dari hari itu hingga
saat ini beliau mempunyai pesantren dan menjadi pengasuh Pesanren El-Huda saya
masih tetap berguru kepada beliau. Ajaran beliau adalah islam Ahlussunnah wal
jama’ah. Saya banyak belajar banyak dari beliau bukan hanya ilmu agama saja,
tetapi juga berbagai macam aspek kehidupan dan nilai-nilai dalam hidup.
Saya belajar ilmu agama dengan
beliau bisa dikatakan dari nol hingga saat ini meskipun masih banyak hal yang
harus saya pelajari. Pak Ustadz bukan hanya mengajari saya tetapi juga mendidik
saya seluruh santrinya. Beliau selalu mengawasi dan memantau sifat dan sikap
kami diluar pesantren, apabila kami berbuat hal yang buruk atau negatif diluar
pesantren pasti beliau akan marah dan membimbing kami ke jalan yang benar.
Dahulu saya sempat ingin keluar karna sering dimarahi, disabet, dijewer bahkan
disuruh pulang kerumah dan hukuman lainnya sudah saya cicipi meskipun saya akui
memang itu atas kesalahan saya, tetapi sekarang saya tetap bersikeras untuk
tetap belajar kepada beliau. Akhirnya saya menyadari mungkin jika bukan karna
didikan beliau saya tidak tau mana yang benar dan mana yang salah atau mungkin
jika saya keluar pada saat itu saya akan menyesal.
Banyak sekali teman-teman saya yang
keluar dari pesantren tersebut bahkan ada yang bilang kalau pak ustadnya
“galak”. Ya memang saya akui memang seperti itu adanya. Galak juga kalau
santrinya salah, kalau tidak salah ya biasa saja, meskipun beliau juga
terkadang sering bercanda kepada santrinya. Jangankan marah, bicara 4 mata
dengan beliau hingga saat ini masih suka grogi, takut, deg-degan. Wajar saja
menurut saya karna beliau asli Jawa Timur mungkin hanya logatnya saja yang
terlihat galak padahal menurut saya beliau orangnya tegas, saat beliau marah
bisa membuat nyali santrinya down, tetapi setiap marahnya terdapat sebuah
motivasi didalamnya, lecutan semangat agar santrinya bisa menjadi orang yang
lebih baik. Diluar dari itu semua beliau tetap menjadi figur idola baik itu
bagi santri dan jamaahnya. Tetapi saya akui beliau memang orang yang keras,
keras dalam artian beliau orangnya idealis, tidak mau diatur atau disetir orang
lain, disini bilang A disana juga bilang A.
Jujur saja dalam mendidik anak itu
menurut saya memang harus keras, harus dikerasin. Agar santrinya memili
karakter yang kuat, tidak cengeng, mentalnya bagus. Saya bisa menikmati
hasilnya sekarang. Beliau juga selalu mengajarkan bahwa hidup ini harus kerja
keras. Beliau sering menceritakan kehidupannya ketika masih kecil bagaimana
kerja kerasnya beliau ketika itu. Beliau juga sering menceritakan kisah
inspiratif kyai-kyai dan ulama terdahulu agar santrinya bisa mengambil hikmah
dan inspirasi dari kisah tersebut. Kerja keras yang ditanamkan kepada kami
adalah dalam belajar dan beribadah. Beliau selalu berkata bahwa: “hidup itu
memang tempatnya capek, capek belajar, capek sekolah, ngaji, kerja, ibadah.
Tempatnya nyari bekal sebelum mati. Hidup ini cuma sebentar, manfaatkan waktu
sebaik mungkin agar kita bisa memetik hasilnya di akhirat”.
Pak ustadz juga sering berkata kepada
kami “kejarlah urusan akhiratmu, tetapi jangan lupa urusan dunia karna apabila
kamu mengejar akhirat maka dunia juga akan ikut, tetapi apabila kamu mengejar
dunia, maka akhiratmu tidak akan mendapat apa-apa”. Beliau selalu memotivasi
kami untuk semangat dan giat belajar, baik itu pelajaran sekolah maupun ngaji,
memotivasi kami untuk menjadi orang hebat suatu hari nanti, untuk membuat
generasi islam yang hebat.
Beliau juga tidak hanya mengingatkan
kami soal belajar, tetapi juga akhlaq kami, ibadah kami, beliau hampir setiap hari
bertanya kepada kami bagaimana sholatmu? Ada yang bolong tidak? Tahajud tidak
tadi? Dhuha tidak? Siapa yang hari ini puasa senin kamis? dan puasa lainnya.
Banyak hal yang selalu beliau ingatkan kepada kami, meskipun saya pribadi
terkadang tidak melaksanakan apa yang diajarkan oleh beliau. Selain mengajarkan
ada satu hal yang paling penting. Beliau memberikan contoh atau praktek
langsung kepada kami bagaimana berakhlaq yang baik. Bagaimana cara
memperlakukan orang lain. Bagaimana cara menyikapi hidup. Bagaimana cara ibadah
yang baik. Bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik. saya melihatnya
langsung. Bisa di bilang beliau adalah suri teladan bagi saya dan inspirasi
bagi saya setelah orang tua saya tentunya.
Setiap pelajaran yang mungkin bisa dibilang
sulit, akan terasa mudah dipahami apabila beliau yang mengajarkan. Dengan
memberikan penjelasan yang rinci serta contoh yang jelas, dapat membuat
santrinya lebih memahami apa yang beliau sampaikan. Beliau juga mengajarkan kami
kedisiplinan, misalkan sebelum magrib beliau sudah duduk ditempat imam, begitu
juga sebelum sholat subuh beiau juga sedah duduk ditempat imam sebelum adzan
subuh meskipun terkadang saya suka terlambat saat subuh berjamaah. Bisa dibilang
pak ustadz itu sosok pendidik sejati karna setiap beliau baru pulang entah itu
ceramah, PBNU, ataupun acara lainnya ketika baru sampai beliau langsung mengajar
meskipun dalam keadaan lelah, ngantuk, belum makan dan istirahat sejenak tetapi
tetap dilawan demi mengajarkan santrinya.
Saya sangat bersyukur kepada allah karna
saya ditakdirkan tinggal dilingkungan pesantren. Jarak dari rumah ke pesantren
saya sangat dekat bisa dibilang jaraknya hanya 5 langkah dari rumah, ditakdirkan
ada sosok ustadz yang bisa dijadikan panutan, inspirasi dan motivator terbaik
saya, yang bisa membimbing saya hingga saat ini. Bahkan bisa dibilang beliau
adalah orang tua kedua bagi saya. Mudah-mudahan beliau selalu diberikan
kesehatan, umur yang panjang, rezeki yang halalan toyyiban, keistiqomahan dan
kesabaran dalam mendidik seluruh santrinya. Sama halnya dengan saya yang
mengidolakan beliau, beliau juga mengidolalkan sosok gurunya ketika masih
mondok di pesantren Yapink Tambun, Bekasi yaitu KH. Drs. Mohammad Dawam Anwar
yang merupakan Khatib Aam NU dan ketua Syuriyah NU Bekasi.
Saya
akan memberikan puisi, puisi ini khusus saya tulis untuk Bapak Ustadz yang
telah mendidik dan membimbing saya selama ini.
Judul: Terima Kasih Guruku
Guruku...
Engkau
datang dan mengubah segalanya
Bagaikan
lampu yang menyinari kegelapan
Mendidik
tak kenal lelah
Dari
yang sebelumnya tidak ku ketahui
Menjadi
ku ketahui hingga saat ini
Doa
dan ridhomu untuk kami
Menjadikan
setiap ilmu yang kau beri
Menjadi
ilmu yang bermanfaat
Senyum
yang terpancar memadamkan kegelisahan kami
Yang
selalu sabar menghadapi sifat kami
Dan
tidak pernah bosan untuk mengingatkan kami
Semoga
diwaktu yang akan datang
Atas
ketaatan kami kepadamu
Memberikan
keberkahan bagi hidup kami
Terima
kasih guruku
Sumber:
Pengalaman Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar