Prasangka
adalah sebuah fenomena yang hanya bisa di emui didalam kehidupan sosial dan
masyarakat. Semua orang pasti mempunyai prasangka baik itu prasangka buruk
maupun prasangka yang baik. Karna prasangka timbul atas diri sendiri. Prasangka
bisa terjadi karna adanya kontak atau hubungan sosial dari berbagai individu di
dalam masyarakat. Maka bisa dikatakan seseorang tidak bisa berprasangka apabila
tidak mengalami kontak sosial dengan orang lain. Untuk bisa berprasangka setiap
individu harus hidup bermasyarakat terlebih dahulu. Sudah pasti kita adalah
anggota masyarakat dan bisa dikatakan kalau kita memiliki prasangka. Hidup bermasyarakat
adalah hidup berhubungan baik dengan individu lain maupu antara suatu kelompok
atau golongan. Dalam hidup bermasyarakat kita harus bisa saling membantu dan
menerima apa adanya kondisi yang erjadi dilingkungan kita. Karna kita hidup
bermasyarakat itu saling membutuhkan untuk tercapainya keselarasan dalam hidup
ini.
Prasangka merupakan sebuah sikap
yang cenderung kearah negatif dan konsekkuensinya adalah melibatkan keyakinan
dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi sasaran prasangka. Maka dari
itu prasangka juga dipicu oleh penyebab pendorong yaitu untuk meningkatkan
harga diri. Prasangka juga bisa memainkan peran penting dalam melindungi atau
meningkatkan konsep diri mereka. Orang yang berprasangka dalam mencari kambing
hitam jika ia mengalami kegagalan maka ia akan mencari orang lain yang akan
disalahkan atas penyebeb kegagalannya, orang yang berprasangka, biasanya
prasangka timbul akibat adanya sebuah perbedaan. Baik psikologis, kekayaan,
status sosial dan lai sebagainya.
Dan masih ada pula factor penyebab
prasangka yaitu faktor sosial dan faktor individual yang menyebabkan munculnya
sebuah prasangka. Beberapa situasi sosial yang bisa memunculkan prasangka
setidaknya bisa dikategorikan ke dalam enam hal, yakni akibat konflik sosial
antar individu dan antar kelompok, akibat perubahan sosial, akibat struktur
sosial yang kaku, akibat keadaan sosial yang tidak adil, akibat terbatasnya
sumber daya, dan adanya politisasi pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari
adanya prasangka. Selain situasi sosial di atas, ada peranan faktor individual
dalam memunculkan prasangka. Beberapa hal pada diri seseorang yang bisa
menyebabkan prasangka adalah cara berpikir, kepribadian, pengaruh belajar
sosial, dan psikodinamika kepribadian. Masing-masing memberikan sumbangan bagi
kemunculan prasangka pada diri seseorang. Prasangka juga dapat dikatakan
sebagai anggapan yang kurang baik mengenai suatu hal yang belum diketahui
sendiri atas kebenarannya.
Maka dari itu prasangka bisa dikatakan sebagai
hal yang tidak baik di dalam kehidupan masyarakat. Prasangka bisa berubah
menjadi sebuah fitnah. Maka dari iitu jika hal ini terus dibiarkan maka akan
menimbulkan korban. Dari prasangka tersebut hal ini bisa berdampak ke dalam
kehidupan masyarakat. Karna prasangka dapat menyebabkan mempengaruhi sikap dan
tingkah laku manusia dalam berbagai situasi yang ia hadapi. Maka dari itu
prasangka bisa membuat seseorang tidak mau bergabung dan bergaul dengan
kelompok atau masyarakat lainnya. Dan juga membuat seseorang tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan msyarakatnya. Ada cara untuk menanggulangi
dari sirat prasangka yang pertama adalah harus
Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu
lain, yaitu belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkan
karakteristiknya yang unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu
tersebut dalam kelompok tertentu.
Cara yang kedua adalah adanya kerjasama Sebuah
interaksi akan mengurangi prasangka jika interaksi yang terjadi berbentuk
kerjasama bukannya konflik. Dalam kerjasama itu, juga harus terjadi
ketergantungan maka kita juga dapat mengenal sifat orang lain dengan bekerja
sama. Kemudian cara yang ketiga adalah melalui sosialisasi. Sosialisasi mengenai
nilai-nilai bisa dilakukan di rumah atau keluarga, di sekolah maupun di
masyarakat. Salah satu media sosialisasi nilai-nilai toleransi adalah media
massa, baik berupa TV, radio, internet, media cetak seperti buku, majalah,
koran, buletin dan lainnya. Prasangka antar kelompok akan berkurang jika
media-media itu mampu memberikan informasi yang positif tentang berbagai
kelompok dalam masyarakat. Sayangnya, banyak media malah berperilaku buruk dengan
menjelek-jelekkan kelompok tertentu. Akibatnya prasangka antar kelompok bisa
tambah menguat.
Dari sebuah prasangka maka akan timbul
diskriminasi. Diskriminasi bisa dikatakan sebagai membeda-bedakan orang lain
atau seuatu kelompok atau golongan tertentu berdasarkan rasnya, status
sosialnya, kekayaan, kekuasannya dan lain-lain. banyak sekali contoh-contoh
diskriminasi seperti ras, agama, suku, kelompok, etnis, golongan , status,
jenis kelamin, kondisi fisik, usia, kels sosial dan lain sebagainya. Diskriminasi
di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu Persaingan yang semakin ketat dalam
berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi. Biasanya hal ini menibulkan
diskriminasi dikarnakan orang yang kaya semakin berpacu dalam menambah dan
menumpuk kekayaannya sedangkan orang-orang miskin semakin kesulitan untuk
meningkatkan taraf hidupnya, kemudian faktor lainnya adalah adanya sebuah
tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominan
terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah. Selanjutnya ketidakberdayaan
golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuat mereka terus
terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.
Contoh diskriminasi bisa kita lihat
terhadap penyandang cacat. Diskriminasi terhadap penyandang cacat biasanya
didasarkan pada kondisi fisik atau kecacatan yang disandangnya. Masyarakat
selama ini memperlakukan para penyandang cacat secara berbeda seakan-akan
mereka kurang dianggap dan dihormati padahal semua manusia itu sama dimata
Allah. Lebih didasarkan pada asumsi atau prasangka bahwa dengan kondisi
penyandang cacat yang kita miliki, kita dianggap tidak mampu melakukan
aktifitas sebagaimana orang lain pada umumnya. Perlakuan diskriminasi semacam
ini bisa kita lihat secara jelas terutama dalam bidang lapangan pekerjaan. Biasanya
PT atau perusahaan kebanyakan enggan untuk menerima seorang penyandang cacat
sebagai karyawan. Mereka menganggap bahwa seorang penyandang cacat tidak akan
mampu melakukan pekerjaan seefektif dan secepat seperti karyawan lain yang
bukan penyandang cacat. Sehingga bagi para penyedia lapangan kerja,
mempekerjakan para penyandang cacat sama
artinya dengan mendorong perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus
menyediakan beberapa alat bantu bagi kemudahan para penyandang cacat dalam
melakukan aktifitasnya.
Sebagai salah satu contoh perlakuan
diskriminatif terhadap penyandang cacat. Kita masih sering membaca dalam
pengumuman penerimaan calon pegawai atau karyawan salah satu poin yang
mensyaratkan bahwa pelamar harus sehat jasmani dan rohani. Biasanya persyaratan
tersebut tertulis tanpa penjelasan, sehingga maknanya pun sangat umum. Arti
sehat jasmani dapat dimaknai bahwa selain seseorang tidak memiliki kekurangan
fisik, dia juga terbebas dari segala penyakit seperti penyakit ginjal, kanker,
atau penyakit lainnya. Sedangkan sehat rohani dapat juga diartikan bukan hanya
sehat secara mental (psikis) namun juga sehat secara moral. Namun kebanyakan
kedua istilah sehat jasmani maupun rohani lebih merujuk pada kondisi penyandang
cacat.
Seseorang akan dengan langsung ditolak
menjadi pelamar kerja jika nyata-nyata dia buta, tuli, bisu, atau pincang.
Namun tidak bagi mereka yang mengidap penyakit kencing manis, radang paru, atau
penyakit sejenis yang tidak nyata kelihatan. Hal ini akan menjadi aneh ketika
kedua persyaratan tersebut digeneralisasikan untuk semua jenis pekerjaan. Padahal
setiap orang mempunyai kesempatan yang sama didunia pekerjaan. Karna biasanya
orang yang mempunyai kekurangan (cacat) mempunyai kelebihan bahkan bisa
melebihi orang normal lainnya. Dari penjabaran diatas dapat membantu kita dalam
memahami bahwa diskriminasi terhadap penyandang cacat, bukan sekedar perasaan
namun lebih dari sebuah realitas yang ada di depan mata kita. Sebuah kenyataan
yang telah dipandang oleh masyarakat sebagai hal yang wajar untuk
mendiskriminasikan penyandang cacat,
meskipun bukan kemauan dari penyandang cacat tersebut. etnosentrisme
adalah menganggap kebudayaan sendiri sebagai yang terbaik dan digunakan sebagai
tolak ukur untuk membandingkan dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme juga dapat dikatakan sebagaipandangan yg
merasa bahwa kelompoknya adalah pusat segalanya. Orang-orang yang berprinsip seperti itu
(etnosentrisme) biasanya mereka jarang bersosialisasi dan bergaul dengan
lingkungannya. Karna mereka hanya bersosialisasi dengan kelompoknya saka atau
hanya dengan masyarakatnya saja. Dan orang-orang seperti itu terlalu fanatic dan
tidak mau membuka wawasannya tentang dunia luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar